Senin, 24 Mei 2010

sejarah Tembok BERLIN


Di sudut kawasan Potsdamer Platz terlihat orang berkumpul secara berkelompok, mereka datang silih berganti. Umumnya mereka membawa peralatan, seperti kamera foto dan handycam. Ada yang datang dengan naik bus umum, kereta api, taksi, bus wisata, sepeda motor, sepeda, hingga berjalan kaki.

Tempat ini dikunjungi ribuan orang. Letaknya persis di jantung Kota Berlin yang berpenduduk 3,5 juta jiwa dengan luas 889 kilometer persegi. Lalu lalang ribuan mobil dan sepeda motor seakan-akan menjadikan kawasan ini tak mengenal waktu siang dan malam.

Di sana ada pusat perbelanjaan terbesar di Berlin, Potsdamer Platz Arkaden. Gedung-gedung modern pencakar langit yang dijadikan sebagai pusat bisnis, seperti Sony Center dan Daimler Benz, sebuah perusahaan mobil terbesar di Jerman dengan merek Mercedes Benz. Ada juga gedung akuntan publik, PricewaterhouseCooper. Bahkan, di kawasan ini terdapat gedung-gedung sinema dan teater.

Akan tetapi, ramainya orang yang datang ke Potsdamer Platz bukan sekadar ingin berbelanja atau melakukan kontrak hubungan bisnis. Lebih dari itu, khususnya bagi para pendatang, terutama wisatawan, tempat itu menjadi penting karena di daerah itu masih terdapat sisa-sisa bekas reruntuhan Tembok Berlin (The Berlin Wall) yang runtuh pada 9 November 1989. Sebuah sejarah penting bagi negara-negara Eropa khususnya dan dunia umumnya atas menyatunya negara Jerman Timur (berhaluan komunis) dengan Jerman Barat (berhaluan kapitalis).

Yang namanya sisa-sisa bekas reruntuhan Tembok Berlin tentulah bentuknya sudah tidak utuh lagi. Di perempatan Potsdamer Platz ada dua tempat sisa-sisa reruntuhan Tembok Berlin yang sengaja tidak diruntuhkan secara rata. Kedua tempat ini menjadi pilihan pendatang ataupun wisatawan yang datang ke Jerman.

Satu tempat disisakan berupa sebuah tembok berukuran 1,5 x 3,5 meter yang letaknya dekat dengan perempatan persimpangan lampu lalu lintas. Pada sisi pertama sisa reruntuhan di tempat tersebut sudah dicat warna-warni, merah, kuning, biru, hitam, dan putih, secara sembarangan. Ada tulisan sebuah situs web, www.berlinwall.de.

Pada sisi kedua terdapat gambar simbol mobil Mercedes Benz yang dicat dengan warna kuning dalam ukuran hampir sepanjang tembok. Di sisi kedua ini juga terdapat dasar bangunan tembok seukuran 1,5 meter dengan tebal semen 15 sentimeter. Orang yang datang ke lokasi itu tidak dilarang untuk memegang ataupun berfoto di bekas tembok itu.

Satu lagi sisa reruntuhan terletak di depan gedung Sony Center. Bentuk reruntuhan di dekat kawasan Sony Center lebih panjang dan lebar daripada reruntuhan pertama. Diperkirakan, ukurannya sekitar 12,5 x 3,5 meter. Tembok di tempat ini dicat lebih rapi dan ditata dalam lima gambar, atau satu gambar seukuran 3,5 x 2,5 meter.

Isi gambar yang dicat adalah mobil Mercedes dengan pelat nomor polisi Nov 9-89 yang menembus tembok dengan tulisan, We come together. Ada gambar tiga remaja perempuan Jerman dengan tulisan, Don’t worry history. Dan, ada gambar burung merpati dan beruang merah sedang bermain bola.

Kemudian, ada gambar bercat merah kuning dengan dasar hitam, seperti lambang warna bendera Jerman, dan ada pula gambar bercat seperti kotak-kotak berwarna-warni. Selain itu, tembok tersebut dipagari dengan kawat besi, dan di dalam bangunan tembok masih terdapat sejumlah sisa-sisa batu beton dan satu rumah.

Sisa-sisa fondasi atau bangunan dasar tembok pemisah antara Jerman Barat dan Jerman Timur selebar 15 sentimeter, yang ada di tengah jalan raya, tak dibongkar habis. Sisa-sisa dasar bekas tembok dibiarkan membelah jalan raya sebagaimana aslinya sehingga dari tengah jalan raya akan mudah terlihat bekas-bekas dasar bangunan Tembok Berlin.

Menariknya, orang yang datang ke Potsdamer Platz ini bukan hanya bangsa-bangsa dari luar, seperti Asia, Australia, dan Amerika Serikat, tetapi sebagian juga termasuk Eropa daratan dan lautan yang belum pernah maupun sudah pernah berkunjung.

“Masih ada juga orang-orang di sekitar wilayah Jerman belum pernah melihat bekas runtuhnya Tembok Berlin. Makanya, tidak heran malah sebagian ada juga yang datang dari sekitar negara-negara bagian di Jerman. Itu bisa terjadi karena di antara warga Jerman Timur dan Jerman Barat ada juga secara psikologis yang belum percaya telah bersatu,” kata Iwan Wijaya Mulyanto, staf Kedutaan Besar RI di Berlin.

Selain kedua bangunan tersebut, ada juga bangunan Tembok Berlin yang tergolong masih utuh sepanjang sekitar 100 meter. Tembok yang dipagari kawat besi setinggi 175 sentimeter itu terletak tidak berapa jauh dari lokasi Potsdamer Platz menuju bekas US Army Checkpoint Charlie, sebuah tempat pengecekan keluar masuknya orang Jerman Timur dan Jerman Barat. Keadaan tembok masih seperti yang asli. Hanya saja, di dinding-dinding tembok terdapat coretan-coretan tulisan. Ada juga dinding tembok yang sudah dijebol selebar 1,5 meter.

SEJARAH berdirinya Tembok Berlin tak terlepas dari kejatuhan Adolf Hitler pada Perang Dunia II tahun 1945. Hitler menyerah kalah tanpa syarat. Jerman pun kemudian diduduki oleh AS, Uni Soviet, Inggris, dan Perancis. Wilayah Berlin mendapat perlakuan khusus dan diurus secara bersama oleh keempat negara tersebut. Berlin pun dibagi-bagi menjadi empat komandan kota sehingga akhirnya membentuk satu sekutu bersama.

Dengan munculnya Perang Dingin (Cold War), Berlin pun terancam pecah karena terjadi friksi soal pembagian kewenangan pengurusan wilayah antara blok Barat dan blok Timur. Pada tahun 1948 Uni Soviet mencoba memaksa blok Barat meninggalkan Kota Berlin. Uni Soviet melakukan blokade sehingga blok Barat harus menyediakan kebutuhan bahan pokok. Setahun kemudian, Uni Soviet kembali membuka blokadenya.

Setelah itu, pertikaian semakin menajam sehingga negara Jerman pun dibagi menjadi dua wilayah. Uni Soviet mendirikan Deutschland Demokratische Republik (DDR) dengan ibu kota Berlin Timur, sedangkan AS mendirikan Bundesrepublik Deutschland (BRD) dengan ibu kota Berlin Barat.

Di bawah tekanan politik dan sulitnya ekonomi, banyak warga negara dari kelompok DDR, Berlin Timur, yang lari menyeberang ke BRD, Berlin Barat. Untuk menghentikan pelarian warga Berlin Timur, Uni Soviet berupaya mengusir orang-orang Berlin Barat dari Kota Berlin, tetapi tidak berhasil.

Khawatir pengungsian dari Berlin Timur ke Berlin Barat terus berlangsung. Pada 13 Agustus 1961 didirikanlah tembok perbatasan secara militer oleh 40.000 tentara dan polisi Berlin Timur sepanjang 155 kilometer dengan cara membentangkan kawat berduri di sepanjang perbatasan. Tercatat, ada 254 orang yang meninggal karena berupaya menyeberang melalui Tembok Berlin.

Berlin Barat dan Berlin Timur pun berkembang dengan caranya masing-masing, tanpa ada hubungan secara resmi. Berlin Barat berkembang sebagai tempat permukiman badan pemerintahan, kota pameran dan kongres. Akan tetapi, Berlin Barat mengalami kekurangan orang sehingga akhirnya mendatangkan tenaga kerja dari luar (gastarbeiter), seperti Turki. Sementara itu, Berlin Timur berkembang menjadi kota industri dan pusat politik.

Akhirnya, pada 9 November 1989, dunia dikejutkan dengan runtuhnya Tembok Berlin yang berdiri kokoh membelah Jerman Barat dan Jerman Timur. Siapa pun tak bisa mengempang menyatunya kembali warga Jerman Barat dan Jerman Timur dari ambisi kekuasaan. Benar. Keinginan bersatunya kembali warga Jerman Timur dan Jerman Barat merupakan persoalan fitrah kemanusiaan yang secara asasi ingin memperoleh kedamaian dan kebebasan.

Kini, sudah hampir 14 tahun runtuhnya Tembok Berlin, tetapi ribuan orang tetap datang berbondong-bondong berkunjung ke daerah itu. Seakan-akan jika tidak datang langsung berkunjung ke Berlin, kita tidak percaya warga Jerman Timur dan Jerman Barat sudah menyatu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar